Sunday, May 18, 2014

Coca-cola

Ini terjadi ketika gw dulu pacaran pas SMA, ya sebut saja mantan gw si S. Kerasa banget awal-awal hidup gw bakal kaya lirik lagu You nya Basil Valdez. Wajar, pertama kali pacaran dan bulan-bulan pertama, ngga terlalu lebay kalo misalnya gw bilang kaya lirik lagu ini. Gw yang awalnya cuman tau belajar doang sekarang udah tau apa itu pacaran dll. Sampe di suatu titik, gw merasa ada kekecewaan besar yang membuat akhirnya gw kaya lirik lagu After the Love has Gone. Hilang itu semua kata suka dan cinta yang gw utarain ke dia. Ya, itu adalah titik jenuh atau saturated point #sokengineer.

Ini sebenernya contoh dari banyak masalah umum yang gw soroti tidak hanya di hidup gw tapi di hidup orang lain. Semangat dalam berkomitmen kalo bisa dideskripsikan dengan frasa untuk masalah umum yang gw ingin highlight. Hal ini juga kejadian tidak hanya dalam masalah pacar-memacar, tapi juga masalah akademik ataupun organisasi. Pas dulu gw keterima di ITB, terasa banget euforia gw bagaimana. Ketidak sabaran gw untuk menuntut ilmu, berkomitmen untuk memberikan segenap kemampuan gw untuk membanggakan orang tua gw terasa mengalir banget di sistem peredaran darah gw. Saking ngga sabarnya, gw udah ngebeli buku kuliah bahkan sebelum gw memulai perkuliahan gw. Ya, tapi seperti yang gw bilang dengan masalah umum tadi, ngga sampai satu tahun gw udah jenuh dengan rutinitas yang gw lakukan.

Kalo menurut ekonomi, gw itu adalah orang-orang yang patuh sama Hukum Gossen I yang intinya kita bakal bosen dengan produk yang kita beli terus menerus. Manusia itu memang dinamis kehidupannya, selalu ada posisi ketika dia bergelora dengan semangat dan posisi jenuh. Kalo diibaratin, manusia itu bakal mengikuti prinsip coca-cola dimana ketika dikocok dan dibuka, buihnya bakal banyak banget. Tetapi, setelah beberapa menit, buihnya bakal hilang. Buih itu dianalogikan semangat untuk berkomitmen itu. Banyak sekali ketika memulai pertama kali dan perlahan hilang begitu saja.

Memang sulit untuk mengovercome hal seperti ini. Bukan di ranah pribadi saja, dalam kerjaan pun seperti itu. Setahun yang lalu, gw mengikuti seminar Integrated Petroleum Week dimana disana menghadirkan pembicara-pembicara dari perusahaan migas prominen. Ada suatu bagian yang menarik perhatian saya ketika salah satu pembicara dari Halliburton mengingatkan tentang bagaimana pekerjaan di offshore. Diperlihatkan bagaimana pekerja-pekerjanya banyak yang ingin pulang ke rumahnya setelah berapa lama berada di offshore serta bagaimana rutinitas disana. Dari presentasi yang diperlihatkan, gw menyimpulkan bahwa sang pembicara ingin memberitahu audiens bahwa untuk mereka semangat untuk berkomitmen penting. 

Efek Coca-cola memang cukup bikin risih. Tak bisa kita pungkiri bahwa kita pernah mengalami efek ini. Dari kerja, akademik serta pergaulan sekalipun. Namun, disitulah kita sebagai manusia yang diuji untuk dilatih bagaimana komitmen kita untuk melakukan sampai akhir. Kita sebagai manusia selalu dihadapkan dengan temptation yang berat harus bisa melawan ke"mager"an itu. Mengingat kembali seperti apa rasanya momen awal itu bisa menambah "buih-buih" dari Coca-cola tersebut.

No comments:

Post a Comment